Kisah
Penjual Tempe
ilustrasi sumber google |
Adalah seorang ibu setengah baya
yang sehari-harinya berjualan tempe buatan sendiri di desanya. Pada suatu hari,
seperti biasanya, pada saat ia akan pergi ke pasar untuk menjual tempenya,
ternyata pagi itu, tempe yang terbuat dari kacang kedele masih belum jadi tempe
alias masih setengah jadi. Ibu ini sangat sedih hatinya, sebab jika tempe
tersebut tidak jadi berarti ia tidak akan mendapatkan uang karena tempe
yang belum jadi tentunya tidak laku dijual. Padahal mata pencaharian si ibu
hanyalah dari menjual tempe saja agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari.
Dalam suasana hatinya yang sedih, si
ibu yang memang aktif beribadah di gerejanya teringat akan firman Tuhan yang
menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan
tiada yang mustahil. Lalu ia pun menumpangkan tangannya di atas tumpukan
beberapa batangan kedele yang masih dibungkus dengan daun pisang tersebut.
"Bapak di Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini menjadi tempe.
"Dalam nama Yesus, Amin". Demikian doa singkat si Ibu yang
dipanjatkannya dengan sepenuh hati. Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab
doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut
dengan ujung jarinya. Dengan hati yang deg-deg-an ia mulai membuka sedikit
bungkusannya untuk melihat mukjijat kedele jadi tempe terjadi. Namun apa yang
terjadi? Dengan kaget dia mendapati bahwa kedele tersebut masih tetap kedele!
Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas didengar
Tuhan. Lalu kembali ia menumpangkan tangan di atas batangan kedele tersebut.
"Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang mustahil. Tolonglah aku
supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku. Aku
mohon dalam nama Yesus jadilah ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus, Amin."
Dengan iman iapun kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Lalu apa yang
terjadi? Dengan kaget ia melihat bahwa kacang kedele tersebut ??? ... masih
tetap begitu!
Sementara hari semakin siang dimana
pasar tentunya akan semakin ramai. Si ibu dengan tidak merasa kecewa atas
doanya yang belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun sebagai langkah iman ia
akan tetap pergi ke pasar membawa keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia
berpikir mungkin mujijat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanan ia pergi ke
pasar. Lalu iapun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Semua keperluannya
untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah disiapkannya. Sebelum beranjak
dari rumahnya, ia sempatkan untuk menumpangkan tangan sekali lagi. "Bapa
di surga, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku.Sementara aku berjalan menuju
pasar, Engkau akan mengadakan mukjijat buatku. Dalam nama Yesus, Amin."
Lalu ia pun berangkat.
Di sepanjang perjalanan ia tidak
lupa menyanyikan beberapa lagu puji-pujian. Tidak lama kemudian sampailah ia di
pasar. Dan seperti biasanya ia mengambil tempat untuk menggelar barang
dagangannya. Ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah jadi. Lalu iapun
membuka keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya bungkusan
tiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya dan
melihat isinya. Apa yang terjadi? Ternyata saudara-saudara .................
tempenya benar-benar ... belum jadi!
Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik
napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan.
Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia hidup hanya
mengandalkan hasil menjual tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa
menggelar dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe
yang masih setengah jadi.
Sementara hari semakin siang dan
pasar sudah mulai sepi dengan pembeli. Ia melihat dagangan teman-temannya
sesama penjual tempe yang tempenya sudah hampir habis. Rata-rata tinggal
sedikit lagi tersisa. Si ibu tertunduk lesuh. Ia seperti tidak sanggup
menghadapi kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa
kecewa yang dalam. Yang ia tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang
sepeserpun. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. "Bu?..!
Maaf ya, saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya
dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya." Seketika si ibu tadi
terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depannya itu, dalam
hati cepat-cepat ia berdoa "Tuhan, saat ini aku tidak butuh tempe lagi.
Aku tidak butuh lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama
Yesus, dalam nama Yesus, Amin."
Tapi kemudian, ia tidak berani
menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi ia duduk-duduk termenung
tadi, tempenya sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi ragu-ragu
untuk menjawab ya kepada wanita itu. "Bagaimana nih?" ia pikir.
"Kalau aku katakan iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi
sudah terjadi mukjijat Tuhan?" Ia kembali berdoa dalam hatinya, "Ya
Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang
kelihatannya mau beli. Tuhan, tolonglah aku kali ini. Tuhan dengarkanlah doaku
ini.." ujarnya berkali-kali. Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun
membuka sedikit daun penutupnya. Lalu ? apa yang dilihatnya Saudara-Saudara ???
Ternyata ?? ternyata? memang benar tempenya belum jadi! Ia bersorak senang
dalam hatinya. Puji Tuhan..Puji Tuhan, katanya.
Singkat cerita wanita tersebut
memborong semua dagangan si Ibu itu. Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran
kenapa ada orang yang mau beli tempe yang belum jadi. Ia bertanya kepada si
wanita. Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau tempe yang berasal
dari desa itu. Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus membeli
tempe yang belum jadi, supaya agar setibanya di sana tempenya sudah jadi. Kalau
tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti tempe tersebut
sudah tidak bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak. Apa yang bisa kita
simpulkan dari kesaksian sederhana?
Pertama : Kita sering memaksakan
kehendak kita kepada Tuhan pada waktu kita berdoa padahal sebenarnya Tuhan
lebih mengetahui apa yang kita perlukan.
Kedua : Tuhan menolong kita dengan
caraNya yang sama sekali di luar perkiraan kita sebelumnya.
Ketiga : Tiada yang mustahil bagi
Tuhan
Keempat : Percayalah bahwa Tuhan
akan menjawab doa kita sesuai dengan rancanganNya.
Dikutip dari: Artikel Air Hidup